Posts

Showing posts from July, 2011

Petasan!!!

Image
DORRR!!! Kaget gak? kaget gak? *apasih* Berhubung di lingkungan sekitar rumah gue lagi booming-boomingnya maen petasan yang dipelopori oleh bocah-bocah gank rumah gue dalam rangka menyambut bulan puasa, jadi gue mulai intro tulisan ini dengan kata DORR (ini bukan bunyi sembarang petasan, tapi bunyi petasan pas yang nyalain ketembak pistol tentara Belanda pada zamannya). Enggak kerasa kalau bulan puasa sudah di depan jidat, sebelumnya gue sebagai penemu  gudangcelotehan.blogspot.com (hehehe) mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa buat pembaca yang menjalankan, semoga puasa pembaca tahun ini bisa full, terus dapet gocap deh dari enyak-babeh (jaman gue kecil banget :p!). Okay, setelah ramah tamah eh halal bihalal singkat ding, kembali ke topik postingan ini bahwasannya (aseekk) gue mau ngebahas sekelumit tentang barang musiman yang kalau emang udah musimnya jadi trending topic ehm... trending stuff untuk kalangan bocah tingkat SD-SMP, SMA udah gede lah, udah ga zamannya main peta

Dreams are the Reason

Image
Tiap insan dikaruniakan kemampuan untuk bermimpi. Kalau tidak punya mimpi tidak beda dengan mati. Dreams make alive . Apalagi untuk si pemimpi yang kegemarannya bermimpi apapun sampai lupa waktu lupa kenyataan. Mimpi-mimpinya besar dan tak terjangkau dengan logika, begitu indah dan berapi-api untuk ingin diwujudkan, ingin sesegera mungkin agar tak kunjung padam. Ya, mimpi-mimpinya yang sebegitu rupa itu ada kalanya redup, ada kalanya terang hingga berjuta-juta volt. Bukan salahnya untuk terus bermimpi mimpi-mimpi yang seperti itu karena terasa itu semua seperti terprogram otomatis ketika dia diwujudkan di bumi ini. Hanya terkadang terlalu membiarkan alam mimpinya berkeliaran membuatnya tak kuasa mengontrolnya, untungnya dia belum hilang akal jiwa. Dia masih sadar kalau tak semua mimpinya akan menjadi nyata-nyata. Menyadari itu pun akhirnya membuatnya malah menikmati hanya sekedar bermimpi, ketika logika tak melampauinya, ketika kenyataan ada di sudut terbelakang dalam hidupnya, ketika

Bisul di Wajah Metropolitan

A wan beriringan pulang ke alamnya, gelap mulai mendominasi di angkasa, ratu malam sedang dalam perjalanannya untuk berdinas menggantikan raja siang. Jalanan mulai riuh rusuh, hiruk-pikuk, hilir-mudik, kendaraan sepaket dengan klakson dan asap knalpotnya mulai berbarengan memenuhi jagat raya, mengkreasikan polusi udara untuk keberibuan kalinya. Pejalan kaki yang melangkah gontai dengan kemeja dan wajah lusuhnya berkat mencari nafkah seharian pun meramaikan trotoar jagat raya senja itu. Lampu-lampu jalan mulai dinyalakan, sorot-sorot sinar pun bercahaya dari tiap kendaraan yang memadu-padatkan jalanan, tanda senja sebentar lagi akan berganti malam. Oh, 'jam pulang kerja' orang sering mengatakannya. M elihat kondisi lingkungan rumahku yang sudah menyentuh saat-saat padatnya jalan raya, itu penanda jam mandi soreku. Aku pun beserta dengan teman-temanku yang lain, anak-anak tetangga sebelah rumahku, tak segan-segan membuka kain-kain rombeng yang menempel lengket di tubuh kami hin

Motong Bawang di dalem Bioskop

Image
Udah pada tau kan film Indonesia tentang seorang anak perempuan remaja SMP yang hidup bersama penyakitnya, kanker ganas, untuk mewujudkun mimpi-mimpinya? Film yang belakangan ini sedang beredar di bioskop-bioskop kesayangan Anda dan yang iklan promonya di hampir semua channel TV? Iya, Iya, yang iklannya ada anak perempuannya botak. Bukan, bukan, bukan Upin & Ipin. Nah, iya, bener, bener, judulnya Surat Kecil untuk Tuhan. Mendengar judul film ini dan melihat tayangan iklannya di tivi, gue langsung teringat sebuah film barat yang bisa dibilang mirip dan memang itu film bagus binti keren banget, yang sudah beredar di dunia bioskop ataupun DVD jauh-jauh hari sebelum Surat Kecil untuk Tuhan. Judulnya pun kalau ditranslate ke Bahasa Indonesia memiliki hanya secuil perbedaan, Letters to God. Berhubung, gue ini salah seorang masyarakat Indonesia yang sensitif, geregetan, dan gemes sama film-film Indo yang lumayan banyak hasil copycat dari film luar, so awalnya gue kira Surat Kecil untuk T

Evolusi Becak

Image
S eperti yang kebanyakan orang sudah tahu kalau becak itu adalah salah satu alat transportasi tradisional di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Kendaraan yang satu ini cukup banyak menciptakan kontreversi juga, karena pernah ada aturan yang dibuat si petinggi-petinggi kalau becak sudah tidak boleh lagi beredar di daerah-daerah tertentu, padahal harusnya dilestarikan, lagipula apa mereka mau rela rogoh kocek dalam-dalam buat ngegantiin pekerjaan para tukang becak? hah? (aduh, malah esmosi, sabar sabar #minumesteh). Becak tekenal dengan bentuknya yang khas, yaitu dengan rodanya yang tiga, bedanya sama sodaranya Bajaj, becak dikendarai dengan cara dikayuh oleh abang, mas, bapak tukang becaknya (belum pernah liat tukang becak wanita), bukan dengan mesin, tapi dengan tenaga MANUSIA. Di situlah sebagian besar hidup mereka diletakkan, ada pada kuatnya kedua kaki mereka dalam hal mengayuh. pic by simbah gugel. Becak Sepeda I tu sekilas info tentang becak versi gue (tumben intronya nyambung

Dalam Hingar bingarpun, Namamu Ada

Sengaja kutarik diriku dari segala kepenatan yang ada di pijakan bumi lamaku, ke pijakan lain yang penuh dengan kehingar bingaran, sebuah pentas pertunjukan seni. Mataku pun terbelalak melihat keindahan dan kemegahan penampil-penampil dan tata panggung yang terpampang di hadapanku. Awalnya kuberada di sana, masih terlintas namamu dan berbagai pertanyaan yang di awali kenapa dan itu serasa palu yang tak henti-hentinya membentur dinding kepalaku, sehingga meskipun mataku menikmati kemewahan lenggak-lenggok sang penari di tengah kilauan lampu-lampu sorot, hati dan otakku bersengkongkol memikirkan namanya, alhasil aku tidak bisa menikmati acara yang ada secara utuh. Namun, lambat laun, akupun terlarut dengan pesona yang ada di atas panggung megah dan simpel tersebut, keluwesan gerak tubuh mereka, keharmonian alunan musik perkusi, dan keindahan suara si penyanyi, hingga hati dan otakku mulai bisa menikmatinya, akhirnya. Tujuanku pun kalau begitu tidak sia-sia, aku pergi untuk lari dari baya