Dreams are the Reason

Tiap insan dikaruniakan kemampuan untuk bermimpi. Kalau tidak punya mimpi tidak beda dengan mati. Dreams make alive. Apalagi untuk si pemimpi yang kegemarannya bermimpi apapun sampai lupa waktu lupa kenyataan. Mimpi-mimpinya besar dan tak terjangkau dengan logika, begitu indah dan berapi-api untuk ingin diwujudkan, ingin sesegera mungkin agar tak kunjung padam. Ya, mimpi-mimpinya yang sebegitu rupa itu ada kalanya redup, ada kalanya terang hingga berjuta-juta volt. Bukan salahnya untuk terus bermimpi mimpi-mimpi yang seperti itu karena terasa itu semua seperti terprogram otomatis ketika dia diwujudkan di bumi ini. Hanya terkadang terlalu membiarkan alam mimpinya berkeliaran membuatnya tak kuasa mengontrolnya, untungnya dia belum hilang akal jiwa. Dia masih sadar kalau tak semua mimpinya akan menjadi nyata-nyata. Menyadari itu pun akhirnya membuatnya malah menikmati hanya sekedar bermimpi, ketika logika tak melampauinya, ketika kenyataan ada di sudut terbelakang dalam hidupnya, ketika segala candu-candu manis yang ia ingin kecapi yang begitu mahal harganya di alam nyata dengan mudahnya ia beli di mimpi, ketika ada kepuasan.
Mimpi. Mimpi. Dan untuk kesejuta-kalinya dia bermimpi.
Biarkan dia selama dia masih ingat kapan harus pulang, selama dia belum hilang ingatan.
Mimpi-mimpinya sampai bermimpi mimpi-mimpi lagi, lagi-lagi mimpi.
Terkadang mimpinya hanya basa-basi, namun ada juga mimpi-mimpi ambisi yang kelak ada daya upaya apapun yang baik untuk merealisasikannya.
Ya, terkadang dia lupa kata realisasi, tapi bukan hilang.
Mimpi menjadi pecandunya, juga obat penawarnya, untuk tetap bernafas dan hidup karena sering waktu yang nyata tak bisa diandalkan dan mematahkan.
Mimpi, salah satu alasan dia tetap bertahan.
Dreams make alive.
Si pemimpi, dunia mimpi

Comments

Popular posts from this blog

Seragam SMA = Baju Jojon

Postingan Galau

Dua Mimpi untuk Salatiga