Motong Bawang di dalem Bioskop

Udah pada tau kan film Indonesia tentang seorang anak perempuan remaja SMP yang hidup bersama penyakitnya, kanker ganas, untuk mewujudkun mimpi-mimpinya? Film yang belakangan ini sedang beredar di bioskop-bioskop kesayangan Anda dan yang iklan promonya di hampir semua channel TV? Iya, Iya, yang iklannya ada anak perempuannya botak. Bukan, bukan, bukan Upin & Ipin. Nah, iya, bener, bener, judulnya Surat Kecil untuk Tuhan.

Mendengar judul film ini dan melihat tayangan iklannya di tivi, gue langsung teringat sebuah film barat yang bisa dibilang mirip dan memang itu film bagus binti keren banget, yang sudah beredar di dunia bioskop ataupun DVD jauh-jauh hari sebelum Surat Kecil untuk Tuhan. Judulnya pun kalau ditranslate ke Bahasa Indonesia memiliki hanya secuil perbedaan, Letters to God. Berhubung, gue ini salah seorang masyarakat Indonesia yang sensitif, geregetan, dan gemes sama film-film Indo yang lumayan banyak hasil copycat dari film luar, so awalnya gue kira Surat Kecil untuk Tuhan ini niru Letters to God, tapi pandangan itu lumayan sirna begitu gue nonton dan malah motong bawang di dalem bioskop.

Jalan cerita Surat Kecil untuk Tuhan sendiri engga begitu berbeda dengan Letters to God, sama-sama tentang seorang anak yang berjuang melawan dan hidup bersama penyakin kanker ganas, dan mengirim surat pada Tuhan, meski total surat yang dikirim untuk Tuhan banyakan di Letters to God. Juga, kedua film ini sama-sama mengangkat kisah berdasarkan kisah nyata. Namun, bedanya, kisah nyatanya diangkat dari dua orang yang berbeda, beda banget, yang satu kisah nyata dari seorang anak yang dari barat sono, yang satu lagi kisah nyata seorang remaja putri, Gita Sesa Wanda Cantika atau Keke, yang menderita Rhabdomyosarcoma (Kanker Jaringan Lunak) pertama di Indonesia. Jadi, karena kisah nyata yang diangkat itu dari orang yang berbeda, alur cerita kedua film tersebut juga berbeda, hanya saja ada beberapa adegan yang mirip menurut gue. However, kedua film ini mampu membuat gue bener-bener kayak lagi motong bawang, lebih lagi pas gue nonton Surat Kecil untuk Tuhan, ya karena faktor nonton di layar yang segede layar tancep juga sih.

Well, maksud gue ngasih judul postingan ini "Motong Bawang di dalem Bioskop" adalah karena ehh karena gue dan adek gue nonton Surat Kecil untuk Tuhan di bioskop bukan kesayangan kami. Awalnya, jujur gue rada males nontonnya karena pikir gue ini film niru Letters to God, tapi begitu gue duduk anteng mantengin satu layar nyaris segede spring bed dan mencoba menikmati alur ceritanya, alhasil sejadi-jadinya gue nangis. Padahal, gue udah sengaja ngeliat ke atas dan kemanapun selain ke layar untuk menghindari menonton adegan-adegan yang isinya nangis-nangisan semua biar gua gak ikut nangis, tapi apa daya air mata ngucur juga. Gilak! lo bayangin aja, ceritanya sih iya bagus, mengharukan dan menyentuh, tapi ya kenapa kebanyakan adegannya tuh isinya kayak orang lagi lomba nangis, ditambah backsound mendayu-dayu, dan dialog yang mengiris-iris hati yang mendengar, plus-plusnya lagi itu ada beberapa adegan yang bener-bener meng-shoot full face seorang sahabat pemeran utama yang lagi nangis. Nah, lo bayangin aje deh tuh, selayar segede spring bed isinya cuma muka seorang gadis yang lagi nangis kejer. Disuguhin adegan yang kayak gitu, jelas aja gue engga bisa melawan takdir buat ikutan nangis (takdir mennn! ;p), sepertinya gue sudah terhipnotis untuk ikutan mewek. Begitupun dengan pengunjung lain, di beberapa adegan yang sudah sungguh-sungguh miris, gue mulai mendengar desahan dari susut-sudut bioskop, desahan dan isakan tangis pengunjung lain maksudnya. Kocaknya lagi, begitu di tengah-tengah alur cerita, dimana sudah ingin mencapai titik klimaksnya plot tuh film, gue sengaja nengok ke sebelah, ke adek gue, dan adek gue pun menengok pula ke gua. Astajim! Adek gue udah kayak cuci muka pake aer mata sendiri, berasa abis motong bawang pake kuku dan gigi sendiri, aer mata bergelinangan di bawah matanya. Yang ada, setelah itu kita sama-sama ngakak karena saling melihat hal yang sama (nyahahahaha, ngerti maksud saya?).

Gue sengaja engga nyeritain kisah lengkapnya atau sinopsis lengkapnya Surat Kecil untuk Tuhan, karena nanti kalau udah diceritain sensasinya jadi beda dengan nonton langsung filmnya (<--alibi males ;p) dan biar pembaca yang akan nonton film ini juga merasakan sendiri sensasi motong bawang di dalem bioskop, itu juga kalau memang pembaca orangnya mudah tersentuh (kayak aye, ihir, *apaseh). Kalaupun kalian nonton sendiri, tenang... kalian gak nangis sendiri.

Makasih udah singgah dan baca. Enjoy your days! Gbu (:

Comments

  1. jadi pingin liat ik ray...hehehehehe...bagus bagus, suka tulisanmu, keep writing yaaa...:D

    ReplyDelete
  2. paling suka adegan waktu Bapaknya ikut makan obat, sediiiiiihhh bangetttt Ray....lima jempol buat Alex Komang...

    ReplyDelete
  3. meykke: thanks, Meyk! :D kamu juga keep on fire dalam menulis ya nyahahaha. iya meyk, nonton aja filmnya, mengharukan bgt, bikin bioskop banjir, hehe ><

    kak Runna: iya kak, dialognya Alex Komang jempolannnnn !! :D, aku juga sedih yang pas bagian sahabatnya keke nari di panggung, nd ada satu org yg hrusnya brpasangan ma keke, tp malah jd nari sendiri, huhuh YY

    ReplyDelete

Post a Comment

monggo komentar membangunnya. saya dengan senang hati akan membaca dan membalasnya. :) makasih juga sudah melipir ke blog saya, jangan jera-jera untuk datang kembali, ya, hehehe. God bless you :).

Popular posts from this blog

Seragam SMA = Baju Jojon

Postingan Galau

Dua Mimpi untuk Salatiga