Kutuntut Keadilanmu

Sekarang aku tau rasanya menjadi seorang buruh dari sekian banyak buruh yang berdemo di tengah panas terik menyuarakan kenaikan gaji mereka di depan gedung sang petinggi. Mereka yang menuntut hak mereka untuk dipenuhi. Mereka yang sudah bukan lagi sekedar memeras keringat membanting tulang, tapi lebih keras lagi jerih payahnya sampai mungkin tak ada istilah yang pas untuk menggambarkannya, mereka yang bekerja keras tapi bergaji ringan. Lalu tau apa aku tentang rasa menjadi mereka? Toh aku bukan seorang buruh atau pura-pura menjadi buruh, bukan pula aku habis bermimpi menjadi buruh dan berdemo, membayangkan merelakan diri berpana-panas ria di bawah sengat matahari yang tak tanggung-tanggung itu saja aku malas, lalu tau darimana aku rasanya menjadi seperti mereka? Ya, mungkin memang aku tak begitu tau secara komplit seluruh isi relung hati mereka karena aku juga bukan peramal. Tapi aku tau aku dan mereka menyuarakan suara yang sama: KEADILAN. Mereka menuntut keadilan mereka dalam memperoleh gaji yang setimpal dengan jerih payah mereka. Aku menuntut keadilan untuk diperlakukan sebagai mahasiswa. Aku tak menemukan istilah yang tepat mahasiswa seperti apa yang aku maksud tapi yang jelas langsung saja "tolong! tolong hargai mahasiswa yang sudah berjuang memenuhi tanggung jawab yang Anda berikan sesuai dengan deadline yang sudah Anda buat sendiri." Aku tak menuntut harus ada pujian yang terlontar dari seorang bertitel itu, juga bukan nilai bulat, tapi tolong hargai saja, terima, terima, bersikaplah "baik" dengan mereka yang sudah berjuang menepati deadline. Jangan diremehkan... Hargai..... Baiklah, aku tak peduli lagi dengan nilai. Terkadang nilai yang kuterima bukan nilaiku.

Comments

Popular posts from this blog

Seragam SMA = Baju Jojon

Postingan Galau

Dua Mimpi untuk Salatiga