One of My "Alarms"

Apa sih yang membuatmu malas ngerjain skripsi? Diri sendiri? (pertanyaan sakral :p). Kalau dipikir-pikir, sebenernya motivasi bisa dateng dari mana aja. Bisa dari diri sendiri dengan terus-terusan apdet status memotivasi diri mungkin, bisa dari pacar (kalo punya), bisa dari orangtua yang udah engga kuat bayarin duit kuliah, atau dari dosen pembimbing yang ngasih deadline. Seringkali sudah mengalami paling tidak satu dari banyak jenis motivasi itu tapi masih engga termotivasi. Hmm bisa jadi, masalahnya adalah apakah kita sudah meresponi motivasi itu dengan termotivasi? Motivasi itu hanya media, pelakunya tetap dirimu sendiri. Motivasi itu hanya dongkrak, tapi yang dapat membuat dongkrak itu bekerja adalah dirimu sendiri. Dongkrak dapat berfungsi ketika ada yang menggerakkannya. Sama halnya dengan motivasi, apapun jenis motivasi bisa berfungsi ketika kita meresponinya dengan termotivasi, dan tidak berhenti pada termotivasi saja, tapi juga mengerjakan apapun yang membuat kita butuh motivasi tersebut. Jadi, pertanyaannya, apakah kamu mau menggerakkan dongkrak itu atau mendiamkannya saja? atau simpelnya, apapun motivasinya, skripsi engga akan kelar-kelar kalau engga dikerjain. (jleb!) (bahasa berat karena keseringan nganalisa data -_-").


Nah, sekian renungan singkat di atas. Sekarang, gue mau share salah satu jenis "alarm" biar gue getol ngerjain skripsi. Dia adalah sesosok mahasiswi angkatan dua ribu tua yang menjadi rekan senasib sepenanggungan dalam penggarapan skripsi gue. Ini-sialnya Damay (fotonya di sebelah. *ciyee eksis di blog gue, ayo bayar! :p*). Sore tadi, baru aja gue bertemu dia, bahkan kami bimbingan bareng di dalam satu ruangan yang sama, katanya "biar bisa saling menguatkan pas bimbingan." Iya, dosen pembimbing kami sama. Kemajuan skripsi kami pun bisa dibilang sebelas duabelas. Kok bisa? Karena ternyata tanpa gue ketahui, gue adalah "alarm"nya, dan tanpa dia ketahui, dia adalah "alarm" gue. Jadi, we are actually "alarm"-ing each other.

Kenyataan kalo kami saling meng-alarm-i terkuak ketika selesai bimbingan bareng, gue mengaku dosa bahwa kalo ngeliat dia selesai ngerevisi, gue jadi emosi dan termotivasi untuk buru-buru nyelesein revisian. Eh, ternyata, hal yang sama pun keluar dari mulutnya. "Aku juga gitu, Ray! hehehe," ujarnya setelah gue menceritakannya bagian di atas tadi. "Jadi, ternyata kita saling meng-alarm-i ya, Ray!" gue iyakan sambil tertawa.

Sebenarnya bentuk motivasi seperti yang gue alami ini lebih kayak "kejar-kejaran" atau "cepet-cepetan" atau ngerjain skripsi jadi kayak di ajang perlombaan. Jadi, sebenernya ngos-ngosan juga ngerevisinya kayak lagi ngejar gaji yang nempel di mobil es krim yang sedang melaju di jalan raya (entah kenapa gue pake perumpamaan itu >.<"). Tapi, di luar itu semua, keuntungannya adalah kami jadi termotivasi ngerevisi dan menyelesaikan revesian. Thank God! Tuhan emang bisa pake banyak cara untuk memotivasi anak-anakNya yang lagi kelimpungan nyelesein skripsi.


So, tidak ada salahnya loh kalau ketika ngeliat temen lain perkembangan skripsinya lebih maju, lalu kita termotivasi ngebut ngerjain skripsi kita. Think positively aja, yang penting skripsi selesai. Semangat untuk kita semua, mahasiswa/i angkatan dua ribu TUA. GOD be with us. :D


Dan beginilah kelakuan gue dan Damay di tengah-tengah kejenuhan merevisi dan merevisi. Partner in crime gue banget lo, May! (asek! haha) :D






Comments

Post a Comment

monggo komentar membangunnya. saya dengan senang hati akan membaca dan membalasnya. :) makasih juga sudah melipir ke blog saya, jangan jera-jera untuk datang kembali, ya, hehehe. God bless you :).

Popular posts from this blog

Seragam SMA = Baju Jojon

Postingan Galau

Dua Mimpi untuk Salatiga