Kata Tukang Beras

Siang tadi gue habis nemenin Ibu belanja keperluan warung di pasar Ciputat. Satu kata untuk pasar: "beuh!" Beuhh, emang ya yang namanya pasar itu kolaborasi antara panas, sumpek, sempit, rame, berisik, belum lagi becek, rusuhlah pokoknya. Tapi justru itu menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri dari pasar tradisional. Dimana lagi bisa tawar-menawar harga? bisa asik pergi dari satu lapak ke lapak yang lain kalau harga engga sesuai? bisa ngerumpi sama yang jual sembari nawar? ya, cuma di pasar tradisional. Kalau bicara soal kenyamanan, emang ga ada nyaman-nyamannya belanja di pasar tradisional kalo dibanding belanja di supermarket. Boro-boro ada AC, kipas angin aja ngarahnya cuma ke si penjual :p. Tapi, seorang ibu rumah tangga belum teruji ketangguhannya kalau belum belanja di pasar tradisional, haha.

Anyway, yang menarik dari pengalaman gue nemenin Ibu di pasar hari ini adalah ketika kita bertandang ke tukang beras. Ibu sibuk bertanya harga sama salah satu tukang beras. Sementara di lapak beras itu ada kira-kira tiga orang yang nganggur, entah itu tukang beras juga, penjual dari toko sebelah, atau pembeli. Mereka yang nganggur itu entah topiknya bermula darimana, gue engga begitu meratiin, mereka ngobrol soal kelebihan dan kekurangan. Maklum, satu lapak dengan lapak lainnya itu berdekatan dan penjual sebelah kadang juga suka ikutan nimbrung kayak yang tadi gue lihat. Gue yang nungguin Ibu beli beras pun tanpa sengaja ngedengerin obrolan mereka.

Salah seorang tukang beras, sebut saja inisialnya Ujang Penyek (UP) tau-tau bilang gini, "setiap orang kan punya kelebihan dan kekurangan kan? Biasanya nih orang yang banyak kekurangannya, kelebihannya lebih menonjol. Kalo yang kelebihannya banyak, kekurangannya yang menonjol." Kira-kira begitulah inti omongan itu abang.


Gue yang denger langsung menahan nyengir karena baru kali ini denger kalimat semacam itu terlontar dari mulut seorang tukang beras, dalam hati membatin, 'buset ini tukang beras omongannya berat banget.'

Lalu, kocaknya adalah ketika seorang abang lain, penjual pakaian dalam sepertinya, yang lapaknya berada tepat di depan lapak tukang beras, dengan santai menyauti, "Gimana mau menonjol orang kurang?" Setelah itu orang-orang yang ada di sekitar ketawa.

Hadeeehh, ada-ada aja emang obrolan orang-orang di pasar. Gue pun mencoba mencerna perkataan tukang beras tersebut. Interpretasi yang gue tangkep gini. Mungkin kebanyakan orang yang memeliki banyak kelebihan, justru kekurangannya malah lebih mencolok, entah itu sombong dengan kelebihannya mungkin. Sementara, sebagian orang yang memiliki lebih banyak kekurangan, kelebihannya malah lebih menonjol, mungkin karena tidak berfokus pada kekurangannya. Bisa aja interpretasi gue salah sih, hehehehe. Yang jelas kelebihan dan kekurangan adalah hal-hal terbaik yang diberikan di hidup kita, jadi layak untuk disyukuri, daripada disesali, nanti malah capek sendiri loh. :)

Comments

Popular posts from this blog

Seragam SMA = Baju Jojon

Postingan Galau

Dua Mimpi untuk Salatiga