Salatiga di pagi hari, Rabu (180412).
Matahari pagi itu terik seterik semangat 5 perempuan cantik nan hebat yang hari itu berencana melalang buana di kota sebelah, Semarang. Sayangnya ada beberapa teman lain yang engga bisa join karena satu dan lain hal. Ya sudah lah, show must go on, rite!? yaaaaay!
Kegiatan melalang buana ini dilatarbelakangi oleh hasrat untuk refreshing setelah 4 bulan kita berpacu dengan materi-materi kuliah dan tugas-tugas yang membabi buta di detik-detik akhir semester. Dan inilah saatnya untuk mencuci mata bersama.
By the way, sebenarnya engga ada dari 5 perempuan ini yang bener-bener menguasai Semarang, jadi mau engga mau kita mengandalkan salah seorang teman kita yang paling sering mijakin kaki di Semarang,
Zilpa namanya atau sebut saja Gepeng (panggilan sayangnya :p). So, soal rute-rute jalanan kita pasrahkan sama dia, selamat atau tidaknya, nyasar atau tidaknya kita di jalan, tersangka utamanya adalah dia (haha :p). Sebenarnya kita tidak merencanakan akan mengunjungi banyak tempat wisata di sana, hanya satu tujuan utama kita, Citraland. Percaya sama gue kalau ada 5 cewek yang sedang haus akan liburan dibiarin di satu mall aja, mereka bisa menghabiskan hampir seharian di mall tersebut tanpa rasa bosan sempat hinggap.
Well, ketika jarum pendek di jam tangan menunjukkan pukul 9, kita langsung capcus ke Semarang. FYI perjalanan Salatiga-Semarang bisa menghabiskan waktu sampai 2 jam ditambah macet dan turun-naik penumpang, jadi perkiraannya adalah jam 11 kita sudah tiba di Semarang. Kenapa jam 11? Karena jam 11 ini cocok untuk kelangsungan kulit kita secara Semarang itu panasnya pol dan matahari belum berada tepat di atas kepala kita kalau jam 11 kan? :p. Cukup dengan selembar 10ribuan untuk membayar bus AC Solo-Semarang yang akan mengantar kita sampai Banyumanik. Sayangnya, kita dapet bangku bus paling belakang, jadi kurang begitu jelas daerah yang mau kita tuju. Alhasil, Zilpa, si tour guide kita ini berdiri dan ngajak kita jalan ke pintu depan bus sebagai tanda kalau sudah tiba di tujuan. Sebenarnya engga ada masalah dengan 5 perempuan yang jalan dari bangku belakang bus ke pintu depan bus, tapi yang jadi masalah adalah kita turun saat bus sudah melenggang santai di jalan tol. Berikut, dialog antara seorang penumpang, penumpang lain, dan supir bus:
Masuk jalan tol.
Penumpang berinisial Zilpa (PZ) : Pak, stop sini, Pak!
Sopir bus (S) : Apaaaaa, Mbak? (dengan suara slow motion karena heran sambil nengok ke PZ)
PZ: Iya, berhenti sini, Pak! kebablasan!
S: Lho, ini jalan tol loh, Mbak! (mulai panik)
Penumpang Lain (PL): Jalan tol lho ini, Mbak. Mbak-nya mau kemana? nanti dikasih tau jalannya.
PZ: Pokoknya turun sini, Pak. Kebablasan soalnya tadi. ((malah) mesam-mesem)
Setelah beberapa kali terjadi adu dialog dengan supir bus dan penumpang lain, akhirnya kita berhasil turun di jalan tol dengan muka merah-merah karena maluuuuuuuuuuuuu. Bayangkan ada 5 perempuan yang turun dari bus besar di pinggir jalan tol. Apa yang dipikirkan mobil-mobil lain yang lewat? 5 perempuan itu mungkin terlalu kebelet pipis? atau mereka habis bertengkar dengan pasangan masing-masing, ngambek, dan akhirnya minta "turunin gue sekarang!" di jalan tol? Untung supir busnya engga pura-pura mati -_______-"
Lalu, berjalanlah kita di pinggiran jalan tol melawan arus mobil-mobil yang melewati jalan tol tersebut. Ada beberapa mobil yang mengklakson mungkin tanda heran atau.... takjub? Ada juga supir-supir truk yang melemparkan senyum sok-oke-minta-ditimpuk-wedges-nya-Zilpa ke kita. Jangan tanya dimana muka kita, karena payung yang mengembang sempurna sukses menutupi wajah kita, ehm lebih tepatnya gue dan
Damay sih. Sekilas 5 perempuan yang sedang berjalan di pinggiran jalan tol ini mirip 5 pengembara yang sedang berjalan di hamparan gurun pasir. Kalau mereka kehausan bisa kelihatan fatamorgana air, nah kalau kita samar-samar kelihatan huruf M kecil berwarna kuning yang menjulang tinggi nun jauh di sana. Ya, logo rumah makan Mc Donald. Semakin kita berjalan, huruf M-nya semakin besar. Untungnya, huruf M itu bukan fatamorgana, itu riil, dan itu membuat harapan kita untuk keluar dari jalan tol ini semakin besar.
Belum selesai malu karena diklaksonin mobil-mobil, sebuah mobil bermerek Jasa Raharja merapat ke kita.
Gue (G): Mati! Apa lagi ini May?
Damay (D): Ga tau, Ray.
Gue (G): Waaaaaah, May! kita mau diangkut mobil itu! tolong! toloooooonggg! kita mau dibawa kemana? Siapa saya? Saya dimana? (dialog yang terakhir ini hanya khayalan gue semata :p, tapi serius gue ngebayangin kalo kita bakal diangkut mobil itu ke suatu tempat antah berantah.)
Bapak-bapak yang ada di dalem mobil itu ngobrol-ngobrol sama Zilpa yang kebetulan berada di barisan paling depan. Intinya, kita diomelin karena emang engga boleh ada orang jalan di jalan tol, melawan arus pula. Tapi untung, kita dibolehin meneruskan perjalanan (Lhoooh --a). Sesampainya kita di tempat seharusnya, Banyumanik, kita masuk taksi. Adeeeeeeeem.
Semarang di siang hari, Citraland Mall, pukul 11.30an.
Dinginnya Mall siang itu sangat kontras dengan udara di luar Mall. Memasuki pintu masuk utamanya aja serasa pindah dari neraka ke surga. Udara dingin langsung menelusup ke pori-pori kulit kita dan tubuh dengan otomatis beradaptasi, menetralisir senyawa panas yang terasa menjadi dingin dan sejuk (Senyawa kie opo yo? :p). Karena niat semula kita di mall ini adalah untuk memanjakan mata dengan layar segaban alias nonton bioskop, kita langsung ke 21, ngecek ada film apa aja dan mulai jam berapa. Ada 4 poster film terpampang di depan 21 yang membuat kita gundah gulana karena masing-masing punya pilihan film sendiri tapi ingin tetap nonton bersama, gimana coba (translate: piye jal)?
Sebenarnya ada 1 film yang langsung kita kick-out dari daftar penggalauan pilihan film kita, itu film Indonesia yang berbau pocong, dari cover-nya aja udah ga logis, masa ada pocong berkain kafan pink, polkadot pula, itu pocong apa guling anak TK. Kemudian tersisa 3 pilihan film: 1 film Indonesia (The Raid) dan 2 film luar negeri (Battleship dan film-horor-yang-gue-lupa-judulnya). Gue dan
Yuyun prefer nonton Battleship karena salah satu bintang filmnya Rihanna dan kelihatannya pasti keren dengan taburan effect seperti film-film barat biasanya. Sementara Damay kekeuh mu nonton The Raid karena film ini banyak mendapat penghargaan dan lagi marak diomongin di infotainment. Zilpa dan
Devi lebih ke abstain tapi galau juga. Singkat cerita pilihan jatuh ke The Raid (prok! prok! prok! selamat ya, May yang udah kekeuh mempertahankan film ini --").
Tidak sesemangat dan seceria dia waktu mempertahan film yang bergenre action ini, Damay keseringan nonton dari celah-celah jari yang nutupin matanya (itu nonton apa ngintip, May? ckckck) tiap kali ada adegan bunuh-membunuh dengan sesadis-sadisnya. Sayangnya Damay duduk di antara 2 perempuan yang justru malah antusias dan gak ada ngeri-ngerinya selama nonton adegan bunuh-bunuhannya, gue dan Yuyun. Kita hanya beberapa kali bergidik dan mengernyitkan wajah pas ngebunuhnya ngagetin. Intinya, menurut gue, judul film ini harusnya direvisi (revisi? paper kali ><) jadi The Bacokz karena isinya cuma nunjukin bunuh-bunuhan dengan berbagai metode dan pose kayak dibacok lah, ditembak lah, ditusuk-tusuk lah macam nyincang daging, dijedotin di temboklah, dan banyak lagi. Anyway, kita sepakat kalo karakter utama di film ini yang diperanin oleh Iko Uwais itu mempesona banget, selain karena wajahnya ganteng dan body-nya keren, adegan berantemnya juga oke!^^ Jadi, ga rugi deh nontonnya. Oya, jujur sih The Raid ini emang film action Indonesia terbaik menurut gue karena taburan effect dan adegan berantemnya menyaingi film action barat. Congrats ya!^^
Puas manjain mata, kita lanjut manjain perut dengan ayam tepung dan nasi dari KFC. Begitu sudah di hadapan makanan, langsung senyap, maklum lapar sodara-soadara!
Lima perempuan di dalam mall belom afdol kalau belom cuci mata. Selain cuci mata liat cowok-cowok keren (tapi dikit ternyata yang keren, nyaris engga ada, apa mereka sudah punah? #eeehhhhh ><), kita cuci mata dengan berwara-wiri keluar-masuk butik. Yaaaaaaaay! Untuk urusan yang satu ini yang selalu kita ingetin untuk engga kalap adalah Zilpa karena tatapannya melihat baju kayak lagi liat duit jatuh dari langit-langit mall.
Menjelang magrib, kita bersantai di deretan tempat duduk di mall itu untuk mengistirahatkan betis yang jelas, juga untuk ngobrol dan berfoto ria seperti di bawah ini :D
Ketika langit sudah semakin gelap dan lampu-lampu kendaraan sudah mulai dinyalakan, kita kembali ke Salatiga dengan gurat-gurat tawa dan bahagia tercipta di wajah sehabis setengah-harian wara-wiri di Citraland bersama sohib-sohib kampus, memanfaatkan waktu yang engga seberapa ini untuk menciptakan moment pelepas stress dan kenangan untuk dikenang bukan dilupakan saat nanti kita udah lulus, hiks, jadi sedih :'(
Salatiga di malam hari, Delique Cafe, pukul 20.00an.
Berhubung belum makan malam, kita mampir di kafe belakang kampus. Lumayan, perut kenyang dengan segelas coklat dingin dan sepiring pizzamie yang gue santap di sana. Zilpa, Damay, dan Yuyun pun kenyang dengan pesanan makanan dan minuman mereka masing-masing. Devi mungkin juga sudah kenyang dengan makanan yang ia santap di kosnya.
Seakan engga mau cepat-cepat membiarkan kebersamaan ini berlalu karena derap langkah waktu yang seperti terburu-buru, kita asik dengan obrolan sembari makan berjam-jam dan engga sadar kalau pemilik kafe sudah mau nutup kafenya.
Puas dengan keceriaan dan kebersamaan hari ini, kita pulang ke kos masing-masing pastinya dengan satu lagi tambahan koleksi memori indah semasa menyandang status mahasiswa. Moment ini benar-benar harta karun yang kelak ketika kita sudah lulus, kerja, dan sibuk dengan kehidupan masing-masing, kita bisa buka lagi harta karun ini dan menjadi stimulus rasa kangen campur bahagia yang kelak mempertemukan kita lagi alias reunian ya, cyiiiiinnnn! :D
I was happy an' I believed u too guys.^^
you go girrrlllssss!^^
GOD bless us :)