Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau hidup ini seperti sebuah roda yang berputar, kadang di atas, kadang di bawah, kadang suka, kadang juga duka. Semua insan di bumi ini pasti pernah merasakan berada di atas dan di bawah, begitupun suka dan duka. Kapan waktunya suka dan duka pun tidak ada yang tahu, seperti sebuah kejutan April Mop. Lalu, keunikan dan perbedaannya adalah bagaimana setiap orang mengatasi datangnya suka, apalagi duka, dengan strategi mereka masing-masing. Hal ini gue sebut latihan tarian hidup.
Gue pun sedang menjalani latihan tarian ini. Ketika hari berganti hari, tanggal menjadi semakin tua, dan dalam perjalanan menuju akhir semester perkuliahan, entah ada angin apa, seperti yang sudah gue share di postingan sebelumnya, Blacky, leptop gue tercinta rusak. Sudah lebih dari 3 minggu gue berganti toko komputer untuk menyervisnya, tapi hasilnya. Nihil. Bagi gue, yang biasa menggantungkan nasib tugas-tugas dan sebagian besar kegiatan di sebuah leptop, merasa kejadian ini berat banget, seperti musibah. Lalu, dimulailah proses latihan tarian hidup.
Latihan pertama dimulai dengan: Menangis
Namanya kehilangan identik dengan kesedihan, kesedihan bisa menjadi alasan di balik air mata, dan hal itu wajar. Menangislah kalau memang perlu. Jangan sok tegar, jangan sok kuat! akui lah kalau memang kamu perlu menangis. Engga peduli kamu perempuan atau pria, kalau kamu perlu menangis, menangislah. Asal kamu punya kendali kapan berhenti menangis. Ada sebuah quote yang bagus untuk diiyakan:
Menangis itu seperti pintu menuju lorong kekuatan seseorang dimana dia bisa mengakui dirinya lemah, itu artinya manusia tidak ada apa-apanya ketika Tuhan sudah berkehendak akan sesuatu dan kuat untuk menerima kenyataan yang ada.
Latihan kedua: Berdoa
Respon awal mungkin menangis, tetapi setelah itu berdoa atau lakukan apa yang menjadi penghubung kamu dengan Tuhan. Istilahnya ini seperti evaluasi diri sendiri, juga meminta klarifikasi dan konfirmasi dari Tuhan, yang mengizinkan hal itu terjadi. Meminta kekuatan dan kesabaran dariNya yang mempunyai segalanya itu penting. Hal yang perlu diingat: kalau segala sesuatu terjadi tidak diluar rencanaNya, untuk kebaikan, dan tidak melampaui kekuatanmu.
Latihan ketiga: Sharing
Keluarkan uneg-uneg di hati dan pikiranmu ke seseorang yang kamu percaya. Tidak hanya ke manusia kok, mengeluarkan uneg-uneg juga bisa ke bagaimana caramu biasa mengeluarkannya, cara yang positif pastinya. Kalau dengan menulis, kamu bisa men-share uneg-uneg, menulislah. Yang jelas kamu perlu tempat untuk tidak menyimpan perasaan atau pikiran yang negatif ketika mengahadapi masalah. Atau, jangan sampai berpikir kamu tidak memiliki teman yang cukup dekat untuk diceritakan tentang masalahmu! Datang saja pada Tuhan yang bersedia dan setia mendengar segala ceritamu.
Latihan keempat: Bersyukur
Pada akhirnya kita perlu men-syukuri segala hal yang sudah terjadi, even the worst thing, kita harus selalu bersyukur. Gue engga mengatakan kalau bersyukur itu barang kecil atau mudah dilakukan, gue juga engga bilang kalau bersyukur itu mustahil untuk dilakukan. Bersyukur itu sulit tapi pasti bisa kita lakukan. Dengan melakukan latihan-latihan sebelumnya di atas mungkin bisa membantu gue atau kamu, yang sulit untuk otomatis bersyukur ketika ditimpa musibah, untuk segera bersyukur menerima keadaan yang tidak enak Kalau sudah terlatih untuk selalu mengucap syukur ketika keadaan buruk terjadi, lanjutkan dan pertahankan! Bersyukur ini adalah sebuah musik yang mengalun apik untuk mengiringi tiap gerak tarianmu sehingga dapat dinikmati.
Latihan kelima: Lihat sisi baiknya
Karena segala sesuatu terjadi di dalam sebuah rencana yang mendatangkan kebaikan, coba lihat sisi positif dari masalahmu. Cari sedapat mungkin hal apa yang dapat kamu pelajari, yang pastinya untuk menjadikan diri lebih baik dan terlatih dalam setiap kondisi.
Latihan keenam: Terbiasa
Ketika kehilangan terjadi, itu berarti sesuatu yang sudah terbiasa dengan kita hilang, lalu kita perlu terbiasa pula untuk tidak terbiasa lagi dengan hal tersebut. Seiring berjalannya waktu, kamu pasti terbiasa atau membiasakan diri tanpa hal tersebut. Ya, memang butuh waktu dan proses. Tapi just for your info, kalau pasti ada gantinya, maksudnya pasti ada fasilitas lain yang diberikan Allah untuk kita terbiasa tanpa hal tersebut. Satu pintu ditutup, pintu lain dibuka.
Latihan ketujuh: Berpengharapan
Kehilangan atau hal apapun yang menjadi musibah untukmu jangan sampai menjadi rem untuk menghentikan harapanmu. Justru jadikan itu yang sebagai pedal gas agar kamu dapat terus berpengharapan kalau hal baik masih akan terjadi padamu karena kamu layak mendapatkannya dan Tuhan itu baik! :)
Postingan ini sebenernya terinspirasi dari artikel yang gue baca beberapa hari lalu pas banget gue lagi suram-suramnya >< Jadi, artikel itu membukakan tentang hidup ini seperti sebuah tarian, ada gerak maju, ada gerak mundur. Dan moment-moment berat dalam hidup ini yang berwujud masalah atau musibah itu diibaratkan seperti sebuah gerak mundur, dan gerak mundur itu bukan berarti hal buruk, malah itu menjadikan gerak tarian kita lebih dinamik. Lalu untuk bisa menikmati setiap gerak itu kita memerlukan sentuhan musik atau seni yang membuat gerakan tarian itu menjadi indah dan enak dinikmati, dan sentuhan musik itu adalah ucapan syukur :)