Bohlam

Tarjo adalah seorang perantau dari desa pelosok. Si lelaki bujang berusia seperempatan abad ini memutuskan merantau ke kota hanya untuk mengadu nasib di tempat yang dirasanya lebih baik dari asal muasalnya. Hanya dengan modal nekat dan beberapa peser receh, ia sukses menjejaki kota akhirnya. Kini, wajahnya yang sudah lusuh kian makin parah nelangsanya berkat tangannya yang tak menemukan sepeser receh pun di dalam saku celana atau pun di sisipan kolornya. Namun, bak tersambar petir, dengan buru-buru ia buka kain besar yang membungkus pakaian-pakaiannya dan menemukan sebuah bohlam.

"Nak, Ibu hanya punya sebuah bohlam, semoga bisa bermanfaat suatu saat," terngiang kata-kata pengantar dari Bunda tercinta sebelum ia berangkat merantau.

Dengan lengkungan senyum yang tak indah-indah amat, ia segera melangkah ke jejeran toko. Dari sekian banyak toko, ia memilih satu toko untuk menjual bohlam pemberian Ibunya.

"Saya mau jual bohlam, Pak," ucapnya dengan muka memelas sambil menunjukan bohlamnya.
"Kamu tidak lihat?" si penjual menggerakan kepalanya ke kanan dan kiri, memandang dagangannya. "Apa gunanya kamu menjual bohlam di toko lampu? Lagi pula terlalu banyak bohlam bisa membuat saya sulit membedakan yang mana yang asli atau palsu. Juallah di toko lain yang belum punya bohlam!"

Si bujang itu hanya bisa menunduk, menatap bohlamnya. 'Aku salah tempat,' batinnya.

what if the light lights in the light area...

Comments

Popular posts from this blog

Seragam SMA = Baju Jojon

Postingan Galau

Dua Mimpi untuk Salatiga