"Beauty is Pain"
Siapa yang setuju dengan
pernyataan di atas???
Kaum cewek pasti paling sering
denger, bahkan ngerasain sendiri kalau untuk menjadi cantik memang menyakitkan.
Sudah menjadi rahasia umum, kalau beberapa perempuan rela ngerogoh kocek dalam-dalam
untuk operasi plastik mutihin kulitlah, mancungin hidunglah, atau pun untuk
sedot lemak, bahkan diet dengan berbagai cara, demi mendapatkan penampilan yang
cantik sempurna. Operasi-operasi seperti itu sakit loh, walaupun gue belom
pernah sih, tapi ngebayangin jarum nyentuh kulit aja cekit-cekit, apalagi
operasi. Itu semua pilihan sih. Mensyukuri apa yang sudah Tuhan beri di tubuh
kita bisa jadi pilihan terbaik. Karena tau gak sih sifat dasar manusia itu gak
pernah puas, jadi daripada capek sendiri, mending bersyukur saja, toh Tuhan
nyiptain kita tuh gak pernah asal-asalan loh, Dia selalu berikan yang terbaik
untuk kita. Seriusan^^ Meskipun begitu, kita juga perlu tetap merawat tubuh, at least mandi dua kali sehari lah, haha :D.
Di beberapa negara juga ada yang unik loh berkaitan dengan "beauty is pain". Jadi, di beberapa negara tersebut, contohnya China, ada tradisi "foot binding" sebagai simbol kecantikan wanita China.
Jangankan operasi plastik atau tradisi-tradisi unik nan sakit di beberapa negara,
perempuan pun ingin tampil beda dan menarik tanpa melalui operasi. Misalnya, yang
biasanya pakai jeans dan converse pun ingin lah sekali-kali pake dress dan
high-heels. Nah, kalau sudah biasa jalan santai pake converse dan sekarang harus
mengenakan high-heels pastinya adaptasinya gak gampang, butuh keseimbangan, butuh latihan. Yang pasti kaki bakal pegel-pegel, malah mungkin biru-biru karena keseleo gara-gara gak biasa pake high-heels. Terbukti kan kalo beauty is pain?
mengenakan high-heels pastinya adaptasinya gak gampang, butuh keseimbangan, butuh latihan. Yang pasti kaki bakal pegel-pegel, malah mungkin biru-biru karena keseleo gara-gara gak biasa pake high-heels. Terbukti kan kalo beauty is pain?
Gue pun setuju. Gak cuma untuk
mempercantik penampilan lahiriah dibutuhkan rasa sakit. Tapi, penampilan
batiniah juga. Maksudnya penampilan batiniah di sini adalah kecantikan yang
terpancar dari dalam hati kita, jadi ini berkaitan dengan sifat atau karakter,
juga rohani kita. So, gak cuma memperhatikan atau mendandani yang di luar saja,
tapi juga yang di dalam.
Setiap orang pasti punya
sifat-sifat atau karakter-karakter buruk, entah itu bawaan dari lahir, pengaruh
lingkungan sekitar, atau efek pengalaman-pengalaman masa lalu. Gue gak akan
ngomongin soal apa itu sifat atau apa itu karakter karena gue bukan jebolan
Psikologi jadi gak begitu mudeng soal begituan. Tapi, di sini gue seperti biasa
hanya ingin men-sharingkan apa yang gue lihat, alami, dan rasakan.
Bermula dari pernyataan menarik
seorang teman yang intinya begini, “Kita
perlu terbuka. Ungkapkan aja apa yang kita tidak sukai dari orang tersebut,
memang sakit, tapi itu penting.” Kurang lebih seperti itu lah kalimatnya.
Mendengar ada orang menyampaikan
uneg-unegnya atau ketidaksukaannya atas perilaku atau sifat atau karakter kita
baik yang disengaja atau tidak disengaja pasti membuat kita sakit. Tapi,
percaya gak percaya, itu cara yang ampuh dan sehat untuk membentuk kepribadian
kita menjadi cantik. Mungkin ada karakter-karakter buruk kita yang selama ini
ternyata menyakiti orang lain tanpa kita sadari dan ketika orang yang tersakiti
itu mengungkapkannya, kita jadi tahu, dengan rendah hati meminta maaf, dan
mengubahnya. Keterbukaan itu menolong kita untuk mengevaluasi diri kita, untuk
lebih mengenal siapa kita, seperti apa kita, dan hal itu bisa dipakai Tuhan
untuk membentuk kita menjadi pribadi yang lebih indah.
Tidak hanya mempercantik
kepribadian kita sebagai “pelaku”, tetapi “korban” juga. Maksudnya, pelaku
adalah orang yang mempunyai karakter buruk dan menyakiti orang lain (baik
sengaja atau tidak) dan “korban” adalah orang yang tersakiti. Jadi, seperti
istilah besi menajamkan besi, keterbukaan juga menolong untuk mempercantik diri
“pelaku” dan “korban”. Orang yang tersakiti pun perlu untuk terbuka, dengan
rendah hati mengungkapkan apa yang membuatnya sakit kepada orang yang telah
menyakitinya, jangan berusaha menekan, menyimpan, atau melupakan rasa sakit itu
karena nantinya malah akan bertambah parah. Seperti dari 1 sampah ditumpuk
sampah-sampah lain yang nantinya menimbulkan bau busuk yang tidak sedap,
membereskannya akan lebih susah kan. Memang untuk mengingat hal yang menyakiti
itu saja sudah sakit apalagi harus mengungkapkannya di depan orang yang
menyakiti kita. Memang semuanya butuh proses, tapi setidaknya ada langkah awal
untuk memulai. Lalu, dengan rendah hati pula mau memaafkan orang tersebut.
Keterbukaan tersebut juga perlu
dilakukan dengan kerendahan hati. Pasalnya tujuannya adalah bukan untuk
menjatuhkan atau menyalahkan orang lain, melainkan untuk membangun, menolong,
dan mendukung pertumbuhan pribadi satu sama lain. Dibutuhkan kerendahan hati
untuk meminta maaf dan memaafkan. Itu artinya juga kita bergantung kepada Allah
karena Dia lah yang memampukan kita melakukan itu semua. Pastinya Allah lah
yang menolong pertumbuhan rohani atau batiniah kita, tapi IA juga melibatkan
kita untuk mau atau tidak mengalami pertumbuhan tersebut, salah satunya dengan
cara keterbukaan itu. Hasil akhirnya nanti kita semakin mengenal diri kita,
karakter-karakter mana yang perlu kita ubah, dan bagaimana mengubahnya? Semua
serahkan sama Tuhan. Dia sangat peduli dengan pertumbuhan rohani kita kok.
Kerinduannya adalah anak-anakNya semakin serupa denganNya. So, Dia pasti
menolong dan membuka jalan untuk menjadikan kita pribadi yang semakin indah di
mataNya.
Yuk, sama-sama berjuang
mempercantik rohani dan kepribadian kita! memang susah, tapi pasti BISA!^^9
Ya, adakalanya memang untuk menjadi cantik diperlukan rasa sakit. Beauty is pain. Tapi ini bukan untuk beauty sementara, tetapi beauty selamanya. Bukan sekedar beauty di mata manusia, tapi di mata Allah.
Ya, adakalanya memang untuk menjadi cantik diperlukan rasa sakit. Beauty is pain. Tapi ini bukan untuk beauty sementara, tetapi beauty selamanya. Bukan sekedar beauty di mata manusia, tapi di mata Allah.
Gue nulis ini bukannya mau sok tau, hehehe, tapi memang itu lah yang gue alami dan rasakan sendiri, dan sudah gue buktikan ke diri gue sendiri :D Sekali lagi, semua butuh proses, tidak instant, tapi percayalah kalau kamu MAU pasti kamu BISA menjalani proses itu dan yang namanya proses perlu dan pasti ada progres, sekecil apapun progres itu. So, kalau kamu tidak melihat progres itu, bisa dicek kembali apakah kamu benar2 sudah MAU menjalani proses itu? Pada intinya untuk semuanya, keep believe in GOD! :) *asikkk deh bahasanya ya hehe :p*
*Terinspirasi dari satu kesempatan
dimana gue dan beberapan teman sepelayanan belajar untuk terbuka satu sama lain, saling meminta maaf dan memaafkan setelah terlaksananya sebuah kamp. Sesuatu tersendiri :).
No comments:
Post a Comment
monggo komentar membangunnya. saya dengan senang hati akan membaca dan membalasnya. :) makasih juga sudah melipir ke blog saya, jangan jera-jera untuk datang kembali, ya, hehehe. God bless you :).