Postingan kali ini berangkat dari
kegelisahan campur keheranan gue. Kayaknya gue ga jodoh sama payung deh
><. Pasalnya gue selalu punya pengalaman gak enak sama payung. Dari
sekian banyak pengalaman gak enak tersebut, ada 3 pengalaman yang akan gue
beberkan di sini sebagai perwakilan pengalaman-pengalaman lain *apa sih?-.-*
Kejadian 1
Kejadian pertama adalah gue
sebagai mahasiswa yang merangkap jabatan anak kos juga dan tinggal di kota
kecil yang intensitas curah hujannya keseringan, udah pasti gue harus punya
payung kalo ga mau kerokan tiap malem gara-gara masuk angin. Nah, secara anak
kos, payung alakadarnyalah yang gue beli. Payung alakadar di sini mengandung
arti “seadanya” atau “yang penting punya payung dan gak keujanan” atau lugasnya
“oke, payung murah ==”. Kata orang “harga menentukan kualitas.” Oke, awalnya
gue percaya dengan slogan tersebut, tapi pada akhirnya gue anggap slogan itu
hanya mitos belaka. Kenapa? Nanti baca terus sampai kejadian kedua ya, hehehe.
Singkat cerita, payung alakadar gue ini tidak bertahan lama. Rusak karena
keseringan dipake dan ketimpa angin gede yang akhirnya mematahkan beberapa
jari-jarinya. Ya, dan terbukti kalau “harga menentukan kualitas.”
Lalu, kejadian asem kedua soal
payung adalah ketika gue pulang kota pas liburan kuliah, gue memutuskan untuk
sedikit berniat licik, “mumpung lagi jalan sama ortu, gue beli payung yang
mahalan ah, kan harga menentukan kualitas.” Rangkanya aja berwarna hitam kokoh
dan keliatan kuat banget, bakalan awet nih hubungan gue sama payung baru ini
:3. Harga payung buah niat licik-dikit-doang gue itu sebenernya ga semahal itu
juga kayaknya karena kalo dikurangin harga pajak toko dan tetek bengek lainnya
mungkin kalo beli di pasar 30 sampe 40 rebu nyampe lah *udah sombong belom gue?
:p*. Nah, udah punya payung mahal nih gue. Dengan bangga di kala siang yang
panasnya mencekam dan di kala hujan yang mendera deras, gue tidak pernah lupa
membuka payung ini untuk menaungi gue di bawahnya dengan aman *asekk*. Gue pun
selalu membatah keras omongan temen-temen yang mencoba menghina dan mengutuki
payung unyu gue ini. Kata mereka “alaaaah, paling rusak lagi.” Demi apapun juga
siapapun yang udah ngutukin payung mahal gue ini, kutukan kalian kejadian!
Asaaaam! >< Payung mahal gue itu pun bernasib tidak jauh beda dengan
payung di kejadian pertama. Beberapa jari-jarinya patah. Walopun memang payung
ini tahan lebih lama sebelum akhirnya rusak juga -_-“. Ya, dan gue mencoba
mematahkan slogan “harga menentukan kualitas.” Itu cuma mitos belaka. Yang
bener itu, “Kualitas tergantung dari penggunanya.” >< Kalo barang mahal,
tapi penggunanya ga hati-hati, rusak iya (bukan gue, bukan gue). Sementara,
kalo barang murah tapi penggunanya hati-hati ya awet-awet aja. Juga, barang
mahal, penggunanya ga ati-ati, tapi barangnya disimpen aja, ya barangnya
awet-awet aja :p. Dan berkelitlah gue
kalo payung mahal gue ini rusak karena terlalu sering dipake dan efek hujan
campur angin yang terlalu sadis.
Kejadian 3
Gue pun gak pantang menyerah.
Beberapa temen merekomendasikan payung pilihan mereka ke gue. Payung bermerek
Kapal dan harganya pun standar. Payung itu emang bagus dan unyu. Kalo dalam
kondisi kering, payung tersebut berwarna polos tanpa ada gambar apapun, tapi
begitu kena air akan muncul gambar bunga yang naiiiissss banget. Rangkanya juga
kokoh dan kuat. Gue pun senang bisa memilikinya. Kali ini gue yakin kalo gue
akan langgeng bersamanya. Tapi, takdir berkata lain. Engga lama, engga lebih
lama dari kejadian payung pertama, kekasih gue itu lenyap. Dimana payung unyu
gue? Dimanaaaaa? Yaooowooh, jangan ambil dia! Gue masih sayang sama dia!
Hubungan kita juga baru seumur popcorn ehh jagung. T^T Payung gue raiiiib,
sodara-sodara. Dan gue baru sadar setelah sehari dia raib. Jadi, posisinya
gini, gue megang payung yang berwarna sama kayak payung gue ini, tapi pas gue
teliti lebih jeli ternyata itu bukan payung gue yang sesungguhnya. Entah…
entah… payung gue dituker orang atau gue salah ambil payung setelah
meng-interview Raditya Dika beberapa hari lalu.. entahlahh… gue masih merasa
kehilangan :’(
Kesimpulannya kembali ke kalimat
awal gue di atas. Kayaknya gue ga jodoh sama payung deh. Sepertinya payungan
via daun pisang, it will be better ><
hahaha...kamu memang ditakdirkan berpayung dogong gedhang...hahahaha
ReplyDeletehiiiihh... gapapa deh daritadi boros beli2 mulu ga ada yg bener ><
ReplyDelete