Senin malam ketika Facebookers, Tweeps, dan pejabat-pejabat di tivi sedang memperdebatkan kapan sebenarnya Lebaran diantara tanggal 30 dan 31 Agustus, gue malah asyik selonjor di halaman rumah, menatap langit yang mulai kehitam-hitaman, bukan menghitung banyaknya bintang karena malam itu juga bintang ga hadir, tapi menikmati letupan-letupan yang disertai percikan-percikan berwarna-warni yang sangat kontras dengan background langit hitam, kembang api. Engga perlu lama-lama menunggu tahun baru 2012, engga usah jauh-jauh melancong ke Monas, cukup duduk manis di halaman rumah beralaskan sendal jepit dan jadilah gue nonton kembang api for free sambil sesekali mencoba mengabadikannya dalam jepretan kamera ulung dan mem-videokannya saking cantiknya kembang api.
Para tetangga yang kebanyakan bocah-bocah yang sama, tersangka utama pemasang petasan saat hari-hari puasa, kali ini memainkan kembang apinya karena berniat takbiran, menyambut Idul Fitri yang sudah dinanti-nanti, sampailah kerinduan Lebaran itu dalam keceriaan letupan apik kembang api. Area rumah gue dan sekitarnya pun mulai heboh dengan euforia (seharusnya belum) takbiran. Dentuman kembang api, jejeritan bocah-bocah yang kegirangan, teriakan para tetangga yang usianya sudah lebih tua yang menyuarakan "PERANG! PERANG!" (emang kagak nyambung deh tuh si abang =,="), pula samar-samar suara dari toa masjid yang menggemakan takbir, semua terdengar menjadi satu dalam detik-detik yang sama.
Ketika sedang asyiknya mantengin kembang api, berkeliaranlah pikiran gue. Kembang api ini mengingatkan gue akan satu part dalam sebuah novel-novelan tak kunjung usai saya ><. Di sana gue nulis tentang tokoh cowok yang nembak si tokoh cewek di sebuah acara khusus hanya untuk menonton kembang api di lapangan terbuka, lalu di tengah kebisingan suara kembang api, terjadilah ajang menembak (bukan ceweknya ditembak-dorrr-isdet, tapi katakan-cinta-ihir-terima-terima :D). Bodohnya, gue mikir kalau itu adalah part paling romantis yang gue tulis, padahal seandainya aja gue bikin aksi menembak itu di dalam lautan pas lagi diving tanpa alat bantu pernapasan, itu akan lebih romantis, romantis sadis (=,="). Nah, berawal dari menonton kembang api, lalu ke salah satu part di novel abal gue, dan berlanjutlah ke salah satu cita-cita gue semasa SMP dulu. Gue pengen bikin novel paling romantis yang pernah ada. Nyahahahahaha! gue hanya bisa menertawakan cita-cita gue yang satu itu mengingat kalau modal gue hanya imajinasi :p Ya, namanya juga cita-cita, namanya juga mimpi, untungnya belum ada larangan untuk bermimpi seajaib-ajaibnya, seunik-uniknya, jadi bermimpilah sesuka-sukanya :D
Pikiran tentang kembang api, part di novel abal, dan mimpi untuk bikin novel paling romantis, berdurasi hanya beberapa menit gara-gara menonton kembang api.
malam (seharusnya belum) takbiran, halaman rumah.
No comments:
Post a Comment
monggo komentar membangunnya. saya dengan senang hati akan membaca dan membalasnya. :) makasih juga sudah melipir ke blog saya, jangan jera-jera untuk datang kembali, ya, hehehe. God bless you :).