Saat Gue Ngomongin Cinta

Ini memang bukan bulan Pebruari sih, tapi engga ada salahnya kan kalo gue ngomongin cinta di bulan Desember? Bukan kah cinta itu engga mengenal bulan, hari, bahkan detik? Asik banget ye bahasa gue. Haha. Oke, gue engga akan membawa topik "cinta" sebagai sesuatu yang pelik dan teoritis kok. Gue hanya lagi terinspirasi aja dengan sebuah film yang belakangan ini gue tonton. Engga akan gue sebut judul filmnya apa karena gue mau mencoba untuk menghargai setiap karya di negeri tercinta ini, entah itu karya dilatarbelakangi semata-mata oleh profit atau pure karya sastra yang dipersembahkan dari pelosok hati paling dalam, tanpa menaburkan serbuk opini gue ke dalamnya. Biar setiap orang menikmatinya sendiri.


Sebagai seorang penonton bioskop yang awam soal sastra dan.... cinta, gue cukup dibuat berpikir soal cinta ketika nonton film tersebut. Seakan-akan cinta adalah sebuah kumpulan benang ruwet yang sulit sekali diurai. Mungkin memang dia diciptakan bukan untuk diurai, tapi untuk dinikmati keindahannya sebagai benang ruwet.

Mungkin faktor usia juga kali, gue yang menginjak 20an engga begitu memusingkan soal cinta dan belum banyak tahu mengenai sederet teori tentang cinta. Emang ada ya teori cinta? Lalu, apa bedanya cinta dengan Matematika? atau cinta dengan Biologi? Gue hanya ngeri semakin seseorang memikirkan cinta dengan begitu rumitnya, ia malah lupa kalau tidak ada yang memintanya untuk mendefinisikan "cinta", melainkan melakukannya.

Nah ini, gue memandang cinta sebagai sesuatu yang sederhana dan ajaib. Sederhana bukan berarti bisa memainkan perasaan orang lain atas nama cinta atau merusak kesucian cinta atas nama cinta. Cinta engga pernah semurahan itu gue rasa. Sederhana sekaligus ajaib karena kita engga perlu mengenyam pendidikan setinggi menara Eiffel dulu demi memiliki, melakukan, menikmati, dan membagikan cinta. Semua orang dari kalangan manapun, siapapun dia, punya cinta di dirinya. Semua orang memiliki cinta di dalam dirinya. Ada yang hidup, tapi sayangnya juga ada yang tidur, parahnya lagi ada yang sudah mati, mati suri. Ya, gue percaya orang yang bilang kalau cinta di dalam dirinya sudah mati sebetulnya cintanya hanya sedang mati suri.

Film, buku, bahkan pengalaman orang-orang di sekitar gue cukup menjadi bukti kalau gue bisa ngomong "kenapa cinta jadi rumit ya?" Padahal, cinta adalah sesuatu yang sederhana dan dimiliki siapapun, lalu kenapa jadi rumit ya? Wait, sebetulnya yang rumit itu cinta atau manusianya? Gue emang tipe orang yang males mikir, tapi gue yakin kok yang bikin cinta jadi ribet ya manusia itu sendiri. Gini, kalau ada seorang istri muda yang selingkuh karena merasa suami dan maligai rumah tangganya tidak seindah dan semenyenangkan bayangannya, salah siapa? Siapa yang suruh ngebayangin yang berlebihan ketika kita tahu kalau kita engga pegang kunci masa depan? Jangankan kuncinya, bahkan masa depan pun engga punya jendela yang bisa dilongok orang.


Kalau cinta sama seseorang, ya tunjukkanlah. Kalau perlu, dikatakan ke orang tersebut. Tapi, kalau kau tak ingin orangnya tahu, ya nikmatilah keputusanmu untuk cukup mencintainya diam-diam. Kau sedang mencintai orang lain kan, bukan mencintai dirimu sendiri? Lalu, kenapa harus setres kalau orang yang kau cintai tak membalas cintamu atau tidak mencintaimu? Cinta yang tulus itu tidak pernah mengenal timbal balik atau balas membalas.

Kalau tidak cinta, kenapa kamu menerimanya saat dirinya mengajakmu jadian? Kalau tidak cinta, kenapa menikah dengannya? Kalau tidak cinta, kenapa pura-pura mencintainya dan bertahan dalam hubungan yang kamu sendiri engga tahu gimana ujungnya? Kalau cinta, kenapa mundur saat tahu orang tuanya tidak menyetujui hubungan kalian? Kalau cinta, kenapa harus malu dengan kebiasaan joroknya, dengan fisiknya, dengan kekurangannya?

Cinta itu anugerah. Tidak seharusnya gara-gara dia, hidup seseorang atau dua insan nelangsa. Kalaupun ada orang yang berkorban demi cinta, mungkin bagi orang lain dia menderita, tapi coba tanya hatinya, bisa jadi dia adalah orang paling bahagia sedunia karena sudah memberikan yang terbaik untuk orang yang ia cintai. Dan, satu lagi, kalau cintamu pada Tuhan jauh lebih besar dari apapun, kenapa masih memusingkan "cinta tapi beda"?

Comments

Post a Comment

monggo komentar membangunnya. saya dengan senang hati akan membaca dan membalasnya. :) makasih juga sudah melipir ke blog saya, jangan jera-jera untuk datang kembali, ya, hehehe. God bless you :).

Popular posts from this blog

Seragam SMA = Baju Jojon

Postingan Galau

Demam Itazura na Kiss, Mischievous Kiss: Love in Tokyo