Seperti pernah kuceritakan dulu, topik skripsiku adalah seputar bukunya Raditya Dika yang berjudul Manusia Setengah Salmon. Buku tersebut intinya menceritakan tentang esensi kehidupan adalah perpindahan. Perpindahan yang terjadi ada beraneka macam bentuknya, mulai dari yang terlihat sampai yang tak terlihat, mulai dari yang terasa sampai yang tidak terasa.
Beberapa contohnya adalah perpindahan atau perubahan fisik Dika beserta saudara-saudara kandungnya yang semakin bertumbuh besar, yang akhirnya menyebabkan mamanya Dika memutuskan untuk pindah rumah karena rumah mereka mulai terasa semakin sempit. Contoh lainnya adalah tanpa disadari, Dika beserta teman-temannya sudah semakin dewasa karena ulah sang waktu. Terbukti ketika Dika menghadiri acara pernikahan teman sekolahnya dulu. Teman kecilnya tersebut sudah menikah, dan dia menghadiri resepsi pernikahan tersebut dengan renungan intinya "esensi kehidupan adalah perpindahan". Dirinya dan teman-teman semasa kecilnya kini sudah berpindah masa menjadi dewasa.
Nah, hal-hal tersebutlah yang belakangan ini sedang kurasakan dan alami. Waktu itu weekend. Seperti biasa, setiap weekend aku pulang ke rumah dari penatnya hiruk pikuk pekerjaan, begitu juga dengan kakakku. Dengan pulangnya kami berdua, rumah jadi lengkap dengan semua personilnya: ibu, bapak, kakakku, aku, adikku, dan boni, anjing peliharaan kami. Ketika, semua personil dirumah ini ngumpul jadi satu di ruang tengah tempat kami biasa nonton tivi, aku mulai memerhatikan dan berucap dalam hati, "rumah ini jadi sempit, karena tubuh kami sudah besar-besar semua." Jelas saja, aku tatap adikku sudah makin tinggi, kaki kakakku juga semakin panjang, yahh dan badanku pun semakin lebar atau berisi, hehe. Berbeda dengan masa kanak-kanak dulu, rumah ini luas, tapi sekarang jadi sempit. Benar kata Dika, kadang tidak kita sadari kalau kita sedang mengalami perpindahan, perpindahan fisik dari kecil menjadi besar, perpindahan waktu dari anak-anak menjadi dewasa.
Selain itu, beberapa jam yang lalu, sohib kecilku memberi kabar sukacita tentang pernikahannya. Aku pun turut bersukacita. Tetapi, mulai sedikit merenung, teman kecil yang biasa ngebolang bareng ini, yang biasa ketawa-tawa engga jelas ini, yang biasa pulang sekolah, jajan gorengan, makan bakso bareng ini, sekarang akan menikah. Sampai saat aku menulis postingan ini, aku tidak bisa memastikan apa nama perasaan selain sukacita ini. Dan, aku menyebutnya "the moment when your old close friend will get married and you just feel 'idk how this feeling called'."
Saat itu, entah persis atau tidak, aku seperti bisa mengerti dan merasakan betul apa yang dirasa Dika saat ia tiba pada moment menyadari banyak hal di sekelilingnya berpindah dan berakhir pada kesimpulan "esensi kehidupan adalah perpindahan." Benar juga.
Hmm... "time doesn't wait, but runs, even is getting faster than you realize."
No comments:
Post a Comment
monggo komentar membangunnya. saya dengan senang hati akan membaca dan membalasnya. :) makasih juga sudah melipir ke blog saya, jangan jera-jera untuk datang kembali, ya, hehehe. God bless you :).