jiwanya tidak benar-benar bersamanya di sini, di tempat ini...

desiran pantai mengisi pendengaran, sentuhan angin malam yang dingin menusuk kulit, dan gelapnya langit malam memuaskan pandanganku. di tengah keramaian malam ini, aku merasa begitu tenang. sesuatu yang aku cari sedari tadi akhirnya kutemukan.


"apa bagusnya langit tanpa bintang?" dan sebuah suara berat yang entah sejak kapan berada di sana, memecah keharmonisan malam yang sedang kunikmati ini.

"kadang langit tanpa bintang lebih bagus, sederhana, gak ramai," jawabku sambil menengok sebentar ke sebelah, lalu kembali menatap langit.

"hmm, padahal banyak cewek lebih suka langit yang bertabur bintang kan?" tanyanya lagi dengan tenang. untunglah irama suaranya tidak merusak ritme malam ini.

"tergantung... tergantung suasana hati," tandasku.

"oh, jadi sekarang lo sedang banyak pergumulan?" simpulnya.

aku hanya menatapnya sambil tersenyum sebentar.

"kalau mau cerita, gue engga keberatan untuk mendengarnya, lho," tambahnya dengan sembulan senyum.

"hmm.. ya ada tentang hal umum, dan... oh iya, nama lo?"

"oh iya ya, udah cukup banyak cerita, tapi belum tau nama," ujarnya, mengulurkan tangan seraya menyebutkan namanya, "gue... andra."

deg! sontak aku tersentak dan tidak bermaksud membiarkan tangannya mengambang di udara selama beberapa sekon.

"tangan gue udah dicuci kok abis makan ikan bakar tadi," jelasnya tanpa diminta, sambil mencium tangannya sendiri.

"eh, maaf, gue... Winay," aku segera meminta maaf.

"gue boleh minta pin?"

"ada pin atm."

"yaa, kalo sama atmnya engga pa-pa."

"ga mungkin lah, haha."

"hmm, kalo gitu, gue minta nomer lo deh."

"nomer lo apa? biar gue missed call."

aku mencatat nomornya dan ia menyimpan nomorku sesaat setelah aku me-missed-call-nya.

"hafal jalan pulang?" tanyanya setelah melihat jam tangannya.

"hmm... hafal, kok."

"agak meragukan. gimana kalo pulang bareng?"

lalu, kita menyusuri pasir pantai sampai ke sebuah rumah persinggahan, tempah sebuah acara di gelar dalam waktu beberapa hari.

"oke, see you tomorrow. sleep well, ya." ucapnya sambil menyembulkan senyum perpisahan.

"you too. thanks ya!" balasku, sepantasnya dia mendapatkan ucapan terimakasih karena sejujurnya aku tidak begitu hafal jalan pulang.

 ***

paginya, tidak sengaja aku bertemu sekumpulan orang yang kuyakini mengenal pria semalam itu. aku menghampiri mereka, bermaksud untuk menanyakan langsung keberadaan pria itu, karena ada beberapa hal yang akan kuceritakan.

"lihat andra?" tanyaku pada mereka.

"hmm... an..dra?" mereka mengerutkan kening, malah balik bertanya.

"iya."

"engga ada yang namanya andra di sini."

aku terdiam mendengarnya. mungkin mereka tidak mengenalnya. akan kuceritakan lebih spesifik.

"aku serius. dia mengantarkanku pulang semalam. ini nomernya, bisa tolong dicek?"

entah kenapa, sedetik kemudian aku begitu was-was dengan keberadaannya yang sesungguhnya. orang yang kuajak bicara segera memijit ponselnya dan menelepon nomor yang kutunjukkan.

"nomor yang anda hubungi tidak terdaftar," ujarnya.

DEG!

antara percaya dan tidak, kepalaku sakit, aku terheran-heran apakah jiwaku sedang tidak bersamaku di sini, di tempat ini.

Comments

  1. huadooooh, piye nih, dia setan dong?? atau halusinasimu semata Ray?? tapi nice post! keep writing!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah! that's the point, meyk! you nearly got it. :D
      thankie! you too super mega giga keep blogging~ :D

      Delete

Post a Comment

monggo komentar membangunnya. saya dengan senang hati akan membaca dan membalasnya. :) makasih juga sudah melipir ke blog saya, jangan jera-jera untuk datang kembali, ya, hehehe. God bless you :).

Popular posts from this blog

Seragam SMA = Baju Jojon

Postingan Galau

Dua Mimpi untuk Salatiga