Di Balik Layar Seonggok Skripsi

Hai, semesta! Sedang bergembira? Semoga gembira gue menular ke semesta dan seisinya ya! :D

Beberapa waktu lalu gue keingetan sepertinya gue pernah janji akan membeberkan judul skripawesome yang selama ini gue keluh kesahkan deh. Nah, inilah waktu yang tepat untuk memproklamirkan judul skripsi gue. Seperti di postingan gue sebelumnya, judul skripsi gue ga “wow” sih, cenderung ke “biasa” tapi “sesuatu” :P. Sudah siap mendengarnya? Ehh membacanya ding... Siapp? Here it goes:

The Analysis of the Symbol of Salmon in “Manusia Setengah Salmon” by Raditya Dika

Nah, simple kan? Jadi, intinya di dalam skripsi ini gue menganalisa si salmon sebagai sebuah simbol. Sedikit bocorannya nih, kata salmon di Manusia Setengah Salmon jangan diartikan literally atau secara harafiah, tapi connotatively atau sesuatu yang menyiratkan arti lain selain arti harafiahnya. Mau tau lebih komplit gimana ceritanya si salmon bisa disebut simbol dan apa hubungannya simbol salmon dengan cerita-cerita Dika di dalamnya? Baca aja skripsi gue. Hehehe. Promosi gitu :p. Ya, skripsi gue sudah bisa Anda dapatkan secara GRATIS di toko-toko ikan terdekat :p. Ga ding, skripsi gue udah terbit di perpustakaan UKSW. Hehehehe. Eniwei, skripsi ini adalah buku perdana gue, loh! Yay! Buku perdana dari hasil berkali-kali direvisi sesuai saran-saran bermanfaat dari para editor (supervisor dan second reader) handal gue. :D

Kok bisa lahir judul itu..

Ya, awal mula gue melahirkan judul itu adalah ketika gue duduk di bangku kuliah semester 7 saat ngambil mata kuliah Proposal. Waktu itu gue bingung juga mau bikin skripsi tentang apa. Gue milih genre literature untuk skripsi gue, tapi basic pengetahuan literature gue sejujurnya masih cetek. Modal gue saat itu hanya karena “suka” sama sastra aja, tanpa tahu ternyata teori-teori sastra itu mengerikan juga untuk dimengerti alias rumit.

Eniwei, ada satu perkataan dosen pembimbing gue yang gue paling inget. Dia bilang intinya seperti ini, “lebih baik menulis tentang hal yang kita suka, jadi dalam proses penulisannya meskipun tetap berat, tapi paling tidak kita bisa enjoy karena kita sedang menulis tentang hal atau topik yang kita suka. Daripada pake judul yang keren keren tapi kita gak bener-bener suka dengan topik itu ke depannya akan menyusahkan diri sendiri dan pembimbing juga, hehehe.” Sejak saat itu lah gue mulai berpikir “apa ya yang gue suka?”

Lalu, di perpus lantai 3, di pojokan mahasiswa/i uzur biasa bertapa buat ngerjain skripsi, di sanalah ide itu tercetus. Buku yang gue suka baca ya buku-buku komedinya Raditya Dika. Dia juga punya ciri khas selalu make nama-nama binatang buat judul buku-bukunya. Then, gue mulai tertarik, apa gue ngebahas bukunya Dika aja ya. Lagi juga bukunya dia kan komedi kocak-kocak bodoh gitu, jadi mungkin bisa meminimalisir kadar stress selama ngegarap skripsi, walopun faktanya gak gitu-gitu juga sih, yang ada gue malah kayak orang stres kadang ketawa kadang nangis (bisa baca di label SKRIP-SI-AWESOME) -___-". Dan, jadilah gue pilih judul skripsi seperti yang udah gue sebutkan di atas itu.

Selain karena gue suka dengan semua buku Dika yang kocak itu, entah kenapa buku Manusia Setengah Salmon ini bersinar lebih kinclong di mata gue. Entah gue emang dijodohkan untuk ngebahasnya di skripsi atau gimana. Tapi, pas gue pikir-pikir dan inget-inget lagi, tanda-tanda kalo buku ini seperti merayu-rayu minta dijadiin skripsi udah terlihat jauh sebelum semester 7.

Ini tanda-tandanya…

Buku Manusia Setengah Salmon ini somehow jadi begitu spesial buat gue. Sebelum buku ini diterbitkan, gue udah heboh duluan dengan membuat postingan rutin dan update tentang peluncuran buku ini. Kalo gak percaya, bisa dibuka di label Aku suka...

Gue adalah tipe reader binti borrower gitu. Jadi, gue lebih seneng minjem buku, lalu membacanya, daripada ngeluarin duit buat beli buku untuk dibaca, HAHA! Nah, untuk menambah kehebohan gue dan demi menjadi fans yang budiwati akhirnya gue putuskan kali ini gue akan membeli sendiri buku terbaru Dika saat itu, Manusia Setengah Salmon. So, dari sekian banyak bukunya, buku ini adalah buku Dika kedua yang gue beli. Kurang budiman eh budiwati apa gue sebagai fans-nya? HAHA! :p

Beberapa waktu lalu, gue juga udah pernah memostingnya, kampus UKSW kedatangan Raditya Dika dalam sebuah seminar. Nah, beruntungnya gue diberi kesempatan untuk meng-interview Dika untuk majalah fakultas. Saat itu gue gak hanya menginterview, jabat tangan, dan foto bareng, tapi gue juga sempet minta tanda tangannya di salah satu bukunya yang gue bawa. Tadinya gue pengen dia nandatanganin buku Marmut Merah Jambu gue juga, tapi buku itu ketinggalan di rumah. Jadi, cuman Manusia Setengah Salmon yang ada tanda tangannya dia. Tuh kan, nih buku minta dibikin skripsi banget! :p

Tanda terakhir adalah satu-satunya foto gue paling absurd adalah saat foto dengan Manusia Setengah Salmon yang dilakukan beberapa hari setelah gue membeli bukunya. NAH KAN!

Sebenernya ada satu alasan lain yang lebih manusiawi kenapa gue menyukai buku ini, yaitu karena di buku ini gue menemui lebih banyak pesan moral ketimbang buku-bukunya yang lain. Pesan tentang hubungan cinta, hubungan dengan orangtua, hubungan dengan teman, dan tentang diri sendiri.

So, gue juga ingin berterimakasih kepada idola gue yang gak ganteng gak jelek tapi berkharisma ini, Raditya Dika, karena telah menulis Manusia Setengah Salmon sebagai salah satu faktor penting untuk menyelamatkan gue dari ancaman menjadi mahasiswa abadi. :P :D

Dan kini, gue sangat bersyukur pada Tuhan Pencipta semesta akan terbitnya buku perdana gue yang berjudul “The Analysis of the Symbol of Salmon in “Manusia Setengah Salmon” by Raditya Dika.” Semoga ini bisa jadi batu loncatan untuk terbitnya buku-buku gue selanjutnya (Pedenya kelewatan ya? Aminin aja deh, amin. Hehehe.) :D