Puisi Edisi Galau


Mega Mendung

Belakangan ini mega mendung
sejak mata terbuka pertama kali
entah jiwaku terkurung
perasaan serupa dengan wajah murung
aku rindu akan kampung
emosipun entah tak terkendali
naik-turun seperti katrol sumur
aku berkawan dengan keluh dan peluh
semakin menjadi si harimauku ular berbisa
belakang ini mega mendung
Tuhan, ampun.




Kawan,

Sampai kapan engkau tak mendengar jeritan
Sampai kapan engkau tak melihat tangisan
Sampai kapan engkau tak memeluk tubuh gemetaran
Sampai kapan kau terdiam?
Katanya kawan.




Te.. te.. te… man.

Kata ini semakin tak terdefinisi
Mengucapkannya pun berat terbentur hanya sampai pangkal lidah
Kalau sampai terucap pun, hati menjerit, mata menangis
Kata ini aku tak mengenalnya
Aku tidak menemukan definisinya di kamus mana pun
Aku tak sudi mendengarnya
Enyahlah kau siapapun yang membicarakannya
Atau aku yang pergi.



Sudah cukup!

Sudah cukup kurasakan perlakuan kalian.
Aku mencoba mengasihi atau mengasihini diri?
Ah, gagak sial!
Sudah cukup!
Aku mau selamatkan hati ini
Yang meskipun sudah retak di sana-sini.

Comments

Popular posts from this blog

Seragam SMA = Baju Jojon

Postingan Galau

Dua Mimpi untuk Salatiga