yang Tua yang Berjiwa Muda

Ketika gue sadari ternyata dua hari ini gue udah melihat satu hal yang sama hanya dalam kondisi dan tempat yang berbeda. Ini tentang yang tua, yang sudah renta, berkeriput, dan fisik tak lagi setegap dulu. Tapi di balik apa yang terlihat jelas dengan mata telanjang itu, terlihat mereka masih memiliki jiwa muda, mungkin sisa, atau mungkin memang begitu adanya, tapi yang jelas gue kagum! Kagum karena kebanyakan yang benar-benar muda tidak terlihat semuda mereka.

Pertama, hari Sabtu kemarin, gue dengan teman-teman sepedaan ke kota, oke kali ini bukannya hepi-hepian sepedaan yang bakal gue bahas, tapi apa yang gue alami saat hari itu. Gue dan temen gue, si Dian Puspita, ke kota untuk nyari tukang jahit yang udah bertahun-tahun ga ketemu (no no no.. bukan! bukan kayak gini!). Dian yang udah kebelet mau ngecilin rok tamborinnya dengan semangat nyari tukang jahit yang kerjanya cepat dan bisa ditunggu. Alhasil kita menyusuri lorong dimana di sana berjejer para tailors yang sibuk dengan jahitannya masing-masing. Sementara Dian ngongong-ngomong soal ukuran rok yang dia ingini, mata gue mengedar, melihat para penjahit di lorong itu. Yang bikin gue heran adalah mayoritas dari penjahit-penjahit itu adalah manula, yaa seumuran Mbah gue deh (namanya juga manula), ada yang pria, ada yang wanita. Mereka begitu serius dengan pekerjaan di tangan mereka, matanya terpusat pada pekerjaannya, kaki mereka bergoyang menjalankan mesin jahit, jemarinya lincah bermain dengan kain, benang, dan mesin jahit pastinya. Gue sempat mengheningkan cipta sejenak, ehh maksud gue hening biasa, diem, ngeliatin para Mbah itu bekerja sambil sesekali ngobrol dengan rekan kerja sesama tukang jahit di sebelahnya. Dulu terbayang dipikiran gue adalah seorang manula, yang sudah tua renta, yang tak sekuat dulu, yang juga sudah melewati pahit manis hidup, juga sudah bekerja keras saat muda, ketika sudah tua adalah waktunya untuk menikmati hidup, menikmati hari tua dengan cucu-cucu dan bahagia, tetapi sekarang kenyataannya adalah apa yang ada tepat di depan mata gue. Mereka yang tua, yang sudah meencicipi pahit manisnya hidup, bekerja ketika muda, dan sampai saat ini di masa tuanya mereka masih tetap bekerja. Mungkin yang gue dapati sekarang ini memiliki latar belakang yang berbeda dengan kakek-nenek yang di masa tuanya dapat menikmati waktu dengan anak-cucu, mungkin mereka ada dalam kondisi ekonomi yang kurang baik sehingga sampe usia tuanya masih tetap bekerja, ya gue engga mau sok tau juga sih latar belakang mereka apa, hehe tapi yang pasti, pasti ada latar belakangnya sehingga mereka masih harus bekerja. Gue kagum aja sama mereka, standing applause deh buat mereka yang tua tapi masih berjiwa muda karena tak kenal lelah masih terus bekerja. Sedangkan, sudah menjadi rahasia umum banyak anak muda yang malas-malasan study, cari kerja, buang-buang duit ortu aja, yang engga sebanding jiwa mudanya dengan mereka, para penjahit ini. Termasuk gue juga kadang masih terlalu malas melawan rasa malas, jadi maunya enak-enakan aja (ckckckckc, tidak untuk ditiru, Sob!), pokonya salut buat Mbah-Mbah penjahit, teruslah berjiwa muda, singsingkanlah lengan bajumu, selesaikanlah jaitanmu.. (Lho? bukan, bukan! maksudnya tetap semangat! biar malu anak muda. hehe pish "v)

Orang tua lain yang gue saluti jiwa mudanya adalah seorang Mbah pemilik rumah yang gue tempati acara training dengan temen-temen pelayanan. Gue engga tau nama Mbahnya siapa, belum sempet kenalan, hehe. Rumah si Mbahnya ini di Gua Maria, Tuntang, di bawah kayak bukit gitu jadi kalau mau ke rumah Mbahnya mesti turun tangga yang curam dan terjal. Nah, minggu pagi itu, gue lagi asyik-asyiknya tamasya ehh poto-poto ding, dan gue ngeliat si Mbah keluar, bilangnya mau ke gereja. Setelah itu, gue melanjutkan lagi poto-potonya tapi engga lama terhnti ketika gue melihat si Mbah dengan gagahnya menaiki tiap anak tangga untuk mencapai bukit di atas. Gila! gue kira gerejanya si mbah dimanaaa gitu lewat jalan lain bukan naik tangga, eh tapi ternyata. Tangganya kalau bisa gue deskripsikan itu kayak tangga kalau mau ke Candi Borobudur, kan ada tuh naik tangga tinggi, tapi tangga di sini lebih curam lagi dan hebatnya si Mbah santai aja naik tangga sambil pegangan di pegangan samping tangga. Dibanding gue, tiap lift FBS mati, serentetan kata-kata keluh kesah mengalir indah sambil gue tepaksa naik tangga ke lantai 5.. hhufff.. lagi-lagi anak muda yang satu ini (gue T.T) dikalahkan sama seorang Mbah (ffiiiiuuhh....) Back to Mbah, ya mungkin si Mbah sudah terbiasa dengan menaiki tangga terjal dan curam itu sehingga engga perlu buang-buang tenaga untuk ngeluh capek, tapi tetep four thumbs up (sama jempol kaki. liat kaki gue tung-tuing)buat si Mbah yang berjiwa muda! :D
Gue ada foto si Mbah pas dia lagi naik tangga mau ke gereja, saking kagumnya, gue lebih milih moto dia daripada moto temen gue. Berhubung motonya pake kamera orang, jadi blum bisa gue attach di sini, tapi someday I will :D

Comments

Popular posts from this blog

Seragam SMA = Baju Jojon

Postingan Galau

Dua Mimpi untuk Salatiga