“Nad! Pleaseeeeeeee….,” rengek Dinda sambil menarik-narik lengan seragam Nadia, teman sebangkunya. “Iiiih, sendiri aja sih, Din! Gue engga mau melewatkan sedetikpun tanpa melihat wajah rupawannya Pak Aryo, lo ngerti kan?” balas Nadia, masih kekeuh untuk tidak beranjak dari bangkunya dan menatap lurus ke satu titik, guru Matematikanya, Pak Aryo. “Lo tega banget sih sama temen sendiri, Nad! Udah gak tahan gue, lagi juga masih ada satu jam lagi kali lo bisa mantengin pak Aryo,” Dinda makin gelisah, dihentak-hentakkannya kakinya ke lantai terus-menerus. “Gak, gak, gue lagi fokus!” tegas Nadia. “Tuh sama Melly aja sana!” suruh Nadia sambil menggerakkan dagunya ke arah Melly. “Ck! Melly kan sama aja kayak lo, fans beratnya Pak Aryo!” ujar Dinda sebal, kali ini ia juga menggoyang-goyangkan badannya. Lalu, diguncang-guncangkannya pundak Nina yang duduk di depannya, “Nin, Nin, anterin gue yuk ke toilet….” Nina menoleh sambil mendengus sebal karena merasa terusik, “Sendiri aja kenap